Assalamualaikum
Mungkin bagi sebagian orang Muslim, Islam hanyalah tentang Syahadat yg
merupakan kunci pembuka untuk masuk Islam, Sholat sebagai pondasi agar Iman
kita kuat, Puasa sebagai cara agar kita selalu bersyukur dengan apa yang kita
punya, Zakat sebagai ucapan syukur kita kepada Alloh SWT yang telah memberi
rizqi dan kita bisa memberi kepada orang yang membutuhkan, Haji bagi yang mampu
adalah ibadah olahraga yang banyak sekali manfaatnya, tapi Islam bukan hanya
tentang Syahadat,Sholat,Puasa,Zakat dan Haji saja, tapi lebih dari itu, Islam
mengajarkan semua cabang Ilmu, mulai dari Ilmu Akhlaq,fiqih,Sejarah,Tauhid dll,
ada salah satu cabang Ilmu Tauhid yang mungkin sebagian orang muslim belum
banyak megetahuinya, cabang Ilmu Tauhid ini adalah Thoriqoh,
Kata Thoriqoh di ambil dari Bahasa Arab yang artinya Jalan, Thoriqoh di
Indonesia sekarang di pimpin oleh Habib lutfi bin yahya, salah satu tokoh besar
NU, beliau adalah pimpinan tertinggi dari semua Thoriqoh di Indonesia, kurang
lebih ada 46 Thoriqoh di Indonesia ini, Mulai dari Thoriqoh
Annaqsyabandiyah,Qodariyah dan masih banyak lagi, ketika kita ingin masuk atau
ikut dalam Thoriqoh tersebut kita harus menemui Guru yang biasa memimpin
Thoriqoh tersebut, biasanya di sebut Guru Mursyid, Guru Mursyid inilah yang
akan menjelaskan, membai’at dan mengajari kita.
Di indonesia ada salah satu Guru Mursyid dari Thoriqoh Annaqsyabandiyah
yang sangat alim, namanya KH Latifi Baidhowi beliau lahir di Sukosari,Kec
Gondanglegi,Kab Malang, ayahnya bernama KH Baidhowi bin Ismail berasal dari
Madura, dan ibunya bernama Hj Khotijah yang juga berasal dari Madura. Beliau
lahir tahun 1919.
Dalam masa kanak-kanak beliau sudah di ajari berbagai Ilmu agama oleh
Ayahnya seperti Mengaji Al qur’an, Kitab Safinatunnajah, Sullam taufiq,
Jurmiyah izzi dan Ilmu Tafsir setiap harinya. Setelah di khitan beliau kemudian
di asuh oleh KH Syamsuddin dan Nyai Khotijah (saudara ayahnya), Beliau di sana
belajar ilmu Nahwu, Tafsir, Tauhid, dll. Ketika berada di sana beliau di suruh
mengajar santri kampung tentang Sholat, Imam, Tauhid, Rukun Iman, Islam dan
sifat sifat alloh yg dua puluh. Sehingga setiap hari jum’at santri kampung
tersebut di tes oleh KH Syamsuddin di masjid di hadapan para jamaahnya.
Setelah di asuh oleh keluarga KH Syamsuddin selama tujuh tahun, beliau
kemudian mondok di pondoknya KH Zainal abidin selama dua tahun, beliau di sana
mengaji kitab mukhtasor dan kafrowi, selain itu beliau juga bekerja atau ngabdi
(jawa) di dalemnya KH Zainal abidin. Pada tahun 1934 pindah ke pondoknya Kyai
Makki Hasbulloh beliau di sana belajar berbagai cabang ilmu, pada tahun 1938
beliau pindah ke pondoknya kyai shonhaji jazuli di sana beliau belajar ilmu
faroid dan ilmu falaq, dan pada tahun 1940 beliau pindah ke pondoknya kyai
khosni di sidoarjo sampai bulan maret 1942 penjajah jepang masuk ke sidoarjo.
No comments:
Post a Comment